Langsung ke konten utama

Tentang; Pertemuan.
Semesta, mari bercerita tentang bahagia dan bersama.

Ada waktu ketika untuk pertama kalinya semesta mempertemu aku denganmu. Ada waktu ketika semesta mulai menggariskan antara takdir dengan kita. Ada waktu ketika semesta mulai benar-benar menggerakkan rencananya dengan sempurna.

Waktu itu ketika pertama kalinya aku menangkap matamu sembari tersenyum, di benakku tak pernah ada satu kata pun yang bersua tentangmu, aku acuh. Lalu semesta memang paling ahli dalam segala hal. Dan setelahnya, entah apa yang terjadi tapi senyumanmu benar-benar menjadi candu, senyumanmu adalah hal paling kunanti ketika matahari mulai meninggi.

Memulai dengan berbincang denganmu, tak ada yang berbeda. Perasaanku masih sama membisu. Lalu perbincangan tadi mulai menuntun kita ke situasi lebih baik menjadi seorang teman . Lelucon mulai tercipta, antara aku dan kamu. Cerita-cerita mengaduk tawa tanpa hentinya tercipta dan perihal tersebut membawaku ke zona nyaman.

Perasaanku mulai terbit, menerbangkan ribuan kupu-kupu terbang diperutku saat kamu memilih untuk menghabiskan senja bersamaku. Aku mulai mencari, mencari dan mencari segala perihalmu. Tentang rasi-rasi bintang yang mengukir kepribadianmu, mungkin juga serial-serial kesukaanmu, atau tentang bulan ketika kamu dilahirkan. Tak habis pikir aku benar-benar menjadi penggemar hebatmu.

Lucunya ketika perasaanku mulai terbuka, ketika perasaanku mulai menantikan hadir nyatamu aku membuat sebuah kekeliruan. Sepertinya tak ada yang lebih mampu mempersatu kita berdua selain persahabatan yang sudah mengakar dalam perasaanmu.

Aku dilanda ketakutan. Cepat atau lambat kamu pasti akan mengetahui perasaanku. Bukan itu saja, aku takut pilihanmu adalah tidak dan setelahnya akan ada sekat tersendiri yang menjarakkan kita berdua yaitu; keasingan. Aku tak mau, pasalnya mencipta tawa bersamamu saja sudah lebih dari cukup dibanding memilikimu.

Sampai saat itu, ketika kamu menghampiriku dengan lengkungan sabit yang selalu aku cintai kamu bilang kalau kamu mulai mencintai lain orang. Aku membisu. Seketika harapan bersamamu runtuh begitu saja. Segala mimpi perihal kita mulai kehilangan arah. Dan sialnya aku harus tetap tersenyum, mengesampingkan perasaanku yang sudah hampir mati. Karena nyatanya bahagia yang kamu pilih akan selalu menjadi bahagiaku.

Dan semesta, jangan sakiti perasaannya. Biarkan ia bahagia bersama pilihannya yang bukan aku. Meski tak henti dihujani air mata ketika melihatnya tersenyum untuk lain orang, aku harus tetap bahagia untuknya. Maka semesta tolong beritahukan padanya kalau disini dengan segenap hati ada perasaan yang tak pernah usai untuk menantinya kembali.





Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang; Sementara. Semesta, mari bersua kembali perihal datang dan singgah.             Aku pernah menyuruh tukang pos untuk mengantar sebuah surat yang kutulis disertai rima paling berani. Namun sayang tukang pos itu mengembalikan suratnya kepadaku katanya harus aku sendiri yang mengantarnya padamu.             Kini aku harus membiarkan kamu tahu. Aku biarkan kamu mengetahui cerita yang sempat tertunda kala itu.Tentang hal yang abadi. Tentang sesuatu yang kamu kira fana tapi nyatanya adalah cinta yang selamanya akan sama. Tapi kamu tak mau tahu bukan, karena untukmu perihal aku adalah masa lalu yang tak seharusnya terulang kembali.             Dan bukan surat itu saja yang tak mampu sampai padamu. Cintaku. Ia juga tak sampai padamu. Padahal kata orang caraku mencintaimu sudah yang paling indah. Padahal cint...
Tentang ; Perjalanan. Semesta mari berbincang perihal menyelamatkan dan pulang. Kalau berbincang perihal pertemuan pasti tiap-tiap dari kita tidak sadar kalau perpisahan sudah menjadi kawan terbaiknya. Kita dibutakan oleh indahnya kalimat jatuh cinta yang kalau didengar sekali saja sudah mampu menyejukkan pikiran serta perasaan. Tapi kita keliru, kalimat jatuh cinta tersebut nyatanya memiliki makna lebih luas dari sekedar bahagia. Kali ini aku akan mengatasnamakan perpisahan sebagai makna sebenarnya dari kalimat jatuh cinta. Aku masih ingat bagaimana semesta menggariskan pertemuan untuk dua manusia yang masih terlalu lugu. Dua manusia yang masih terlalu abu-abu untuk mengenal cinta. Dua manusia itu, kita. Diantara gerimis bulan Juli aku jatuh pada pekatnya iris matamu. Entah apa yang mengutukku tapi saat itu aku seperti candu oleh warna hitam milikmu itu. Lalu tak sampai disitu saja, rupanya semesta menginginkan hal lain dari sekedar pertemuan. Semesta membuat kita ...
Tentang; Tahun. Semesta mari bercerita perihal tanggal dan selesai. Pada tahun itu, kamu tak perlu keluar rumah untuk menyaksikan pertunjukkan kembang api. Aku tau kamu tak pernah menyukai keramaian, maka cukup duduk disudut kamarmu dan meminum segelas coklat panas. Pada tahun itu, aku berada dibawah semesta malam dan menyaksikan pertunjukkan kembang api. Tidak seperti dulu, sekarang aku lebih menyukai keramaian. Mungkin di keramaian itu aku tak mampu untuk menemukanmu beserta kenangan perihal kita. Tapi aku sendiri, rasanya hampa sekali bahkan ledakan-ledakan itu terkalahkan oleh gema-gema kenangan yang ada dipikiranku. Di akhir tahun ini, aku ingin sekali menitipkan segala cerita usang perihal kita. Cerita yang tak pernah benar-benar dimulai. Cerita yang lebih dulu memilih untuk selesai karena sudah tak lagi ada kata yang mampu untuk merangkai sebuah kalimat. Cerita yang sangat membahagiakan sekaligus menyakitkan untuk kembali diulang. Aku meminta semesta untuk me...