Tentang ; Perjalanan.
Semesta mari berbincang perihal menyelamatkan
dan pulang.
Kalau
berbincang perihal pertemuan pasti tiap-tiap dari kita tidak sadar kalau
perpisahan sudah menjadi kawan terbaiknya. Kita dibutakan oleh indahnya kalimat
jatuh cinta yang kalau didengar sekali saja sudah mampu menyejukkan pikiran
serta perasaan. Tapi kita keliru, kalimat jatuh cinta tersebut nyatanya
memiliki makna lebih luas dari sekedar bahagia.
Kali
ini aku akan mengatasnamakan perpisahan sebagai makna sebenarnya dari kalimat
jatuh cinta.
Aku
masih ingat bagaimana semesta menggariskan pertemuan untuk dua manusia yang
masih terlalu lugu. Dua manusia yang masih terlalu abu-abu untuk mengenal
cinta. Dua manusia itu, kita. Diantara gerimis bulan Juli aku jatuh pada
pekatnya iris matamu. Entah apa yang mengutukku tapi saat itu aku seperti candu
oleh warna hitam milikmu itu. Lalu tak sampai disitu saja, rupanya semesta
menginginkan hal lain dari sekedar pertemuan.
Semesta
membuat kita berdua jatuh hati. Memang terdengar klise, namun dengan peranan
semesta akhirnya kita memulai untuk membuat cerita bersama. Hari berganti hari,
bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Rasanya lama sekali berjalan
beriringan bersamamu.
Sampai
ketika perjalanan kita yang awalnya terasa sangat menyenangkan berubah menjadi
perjalanan membingungkan yang membuatku kehabisan akal. Kita mulai menemukan
sebuah titik kelabu. Titik itu. Titik yang mempertemukan keegoisan dua manusia
yang sama-sama tak mau kalah. Titik yang mempertemu kita berdua pada sebuah
perdebatan tanpa henti. Titik itu rupanya berhasil membuat kita berdua kelelahan
untuk melanjutkan perjalanan dan mengharuskan kita berdua untuk memilih antara
putar balik arah atau tetap menyelamatkan perjalanan yang sudah dipenuhi oleh
sesak ini.
Mungkin
aku tak harus memberitahumu apa yang akan aku pilih. Tentu saja opsi pertama
menjadi pilihanku. Tapi kamu terlihat ragu untuk memilih pilihan yang sama
seperti yang aku pilih. Kamu tau, aku tak bisa kalau harus menyelamatkan
perjalanan ini seorang diri. Aku tak bisa bergerak sendirian untuk kembali
menemukan titik terang dari perjalanan kita.
Aku
kebingungan dengan situasi yang sedang terjadi, terlebih ketika aku mulai
merasa sudah tak ada lagi ruang dihatimu yang tersisa untukku. Ragamu yang
masih aku genggam saat itu rupanya sebuah kefanaan semata, karena sepertinya
hatimu sudah tak lagi ada pada genggamanku. Bahkan disaat pilihan itu datang
kamu ragu untuk tetap melanjutkan perjalanan.
Dan
setelah itu aku mengerti kalau keraguanmu itu bukanlah sebuah kebingungan,
melainkan sebuah pertanda kalau memang aku sudah mulai tergantikan. Kamu tau,
aku ingin marah. Aku ingin menagih janjimu yang dulu sempat terucap kalau kita
akan terus melanjutkan perjalanan bersama. Tapi aku tak pernah sanggup, karena
rupanya bahagiamu sudah tidak lagi ada padaku.
Pada
akhirnya aku memilih mundur dari perjalanan yang sudah kehabisan tujuan ini.
Bukan karena aku tidak menyayangimu lagi, namun kamu pantas untuk mencari
kebahagiaanmu yang baru. Karena untuk kali ini akan aku tepikan egoku untuk
terus bersamamu dan membiarkanmu melanjutkan perjalanan yang tidak bersamaku
lagi.
Untuk
terakhir kalinya izinkan aku mengucap perihal ini. Aku mencintaimu, walaupun
sudah tidak lagi denganku setidaknya aku titipkan padamu perasaanku itu.
Bahagialah selalu, entah nantinya kamu akan bersama siapa namun aku ingin kamu
tak lagi mengulang duka yang pernah kita lalui bersama. Dan lanjutkan impianmu
itu, meskipun mimpi kita harus gugur tapi setidaknya aku akan terus percaya
dengan mimpi-mimpi itu.
Semesta,
terimakasih untuk sempat menjadikan aku dan dia dua orang paling bahagia dimuka
bumi. Terimakasih telah mempertemukanku dengan sosok yang mampu menjadikanku
seseorang lebih baik. Terimakasih sudah mengizinkanku untuk menjalin cerita
bersamanya, walaupun pada akhirnya yang aku temukan hanya kalimat perpisahan
tapi setidaknya kebahagian yang pernah aku lalui bersamanya akan terus menjadi
hal terindah untuk kembali aku kenang. Jaga ia baik-baik semesta, sekalipun ia
bersama lain orang.
Komentar
Posting Komentar