Langsung ke konten utama

Tentang; Tahun.
Semesta mari bercerita perihal tanggal dan selesai.

Pada tahun itu, kamu tak perlu keluar rumah untuk menyaksikan pertunjukkan kembang api. Aku tau kamu tak pernah menyukai keramaian, maka cukup duduk disudut kamarmu dan meminum segelas coklat panas.

Pada tahun itu, aku berada dibawah semesta malam dan menyaksikan pertunjukkan kembang api. Tidak seperti dulu, sekarang aku lebih menyukai keramaian. Mungkin di keramaian itu aku tak mampu untuk menemukanmu beserta kenangan perihal kita. Tapi aku sendiri, rasanya hampa sekali bahkan ledakan-ledakan itu terkalahkan oleh gema-gema kenangan yang ada dipikiranku.

Di akhir tahun ini, aku ingin sekali menitipkan segala cerita usang perihal kita. Cerita yang tak pernah benar-benar dimulai. Cerita yang lebih dulu memilih untuk selesai karena sudah tak lagi ada kata yang mampu untuk merangkai sebuah kalimat. Cerita yang sangat membahagiakan sekaligus menyakitkan untuk kembali diulang.

Aku meminta semesta untuk menyimpannya. Terserah bagaimana semesta memperlakukan cerita itu, setidaknya cerita itu tak harus bersemayam disudut pikiranku lagi. Alangkah baiknya semesta menerima cerita itu, ia letakkan cerita di senja terakhir pada tahun itu. Semesta membiarkan aku menyaksikan kenangan itu untuk terakhir kali, membiarkan aku untuk terakhir kali mengingat kalau kita pernah menjadi dua orang paling bahagia dibumi.

Tapi semesta salah, tak seharusnya semesta membiarkan aku menyaksikan kembali kenangan itu. Rupanya kenangan itu tak hanya berhasil mengembalikan ingatan perihal kita namun juga perasaan yang sejak dulu berhasil aku musnahkan.

Aku keliru. Mungkin aku memang tak pernah melupakanmu. Mungkin perasaanku untukmu juga tak pernah selesai. Aku hanya tak ingin terlihat seperti manusia bodoh, mencintai seseorang yang sudah menemukan lain hati sebagai rumahnya.

Dan akhirnya pada tahun itu aku tak juga berhasil melupakanmu. Masih seperti tahun-tahun setelah kamu memutuskan pergi, perasaanku masih membisu. Terdiam menyingkap takdir kalau nyatanya tak lagi ada kita yang saling mencintai.

Sepertinya hatiku memang tak pernah berniat untuk melangkah pergi darimu, walaupun kamu sudah jauh sekali berpaling pada lain orang nyatanya hatiku masih mampu untuk berharap kamu akan kembali.

Semesta pada tahun itu aku belum mampu untuk kembali padanya. Aku titip ia semesta, kalau nantinya perempuan itu sanggup membuatnya terluka beritahukan padanya disini masih ada pelukan yang menantinya untuk kembali bersama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang; Sementara. Semesta, mari bersua kembali perihal datang dan singgah.             Aku pernah menyuruh tukang pos untuk mengantar sebuah surat yang kutulis disertai rima paling berani. Namun sayang tukang pos itu mengembalikan suratnya kepadaku katanya harus aku sendiri yang mengantarnya padamu.             Kini aku harus membiarkan kamu tahu. Aku biarkan kamu mengetahui cerita yang sempat tertunda kala itu.Tentang hal yang abadi. Tentang sesuatu yang kamu kira fana tapi nyatanya adalah cinta yang selamanya akan sama. Tapi kamu tak mau tahu bukan, karena untukmu perihal aku adalah masa lalu yang tak seharusnya terulang kembali.             Dan bukan surat itu saja yang tak mampu sampai padamu. Cintaku. Ia juga tak sampai padamu. Padahal kata orang caraku mencintaimu sudah yang paling indah. Padahal cint...
Tentang ; Perjalanan. Semesta mari berbincang perihal menyelamatkan dan pulang. Kalau berbincang perihal pertemuan pasti tiap-tiap dari kita tidak sadar kalau perpisahan sudah menjadi kawan terbaiknya. Kita dibutakan oleh indahnya kalimat jatuh cinta yang kalau didengar sekali saja sudah mampu menyejukkan pikiran serta perasaan. Tapi kita keliru, kalimat jatuh cinta tersebut nyatanya memiliki makna lebih luas dari sekedar bahagia. Kali ini aku akan mengatasnamakan perpisahan sebagai makna sebenarnya dari kalimat jatuh cinta. Aku masih ingat bagaimana semesta menggariskan pertemuan untuk dua manusia yang masih terlalu lugu. Dua manusia yang masih terlalu abu-abu untuk mengenal cinta. Dua manusia itu, kita. Diantara gerimis bulan Juli aku jatuh pada pekatnya iris matamu. Entah apa yang mengutukku tapi saat itu aku seperti candu oleh warna hitam milikmu itu. Lalu tak sampai disitu saja, rupanya semesta menginginkan hal lain dari sekedar pertemuan. Semesta membuat kita ...